Sabtu, 22 November 2014

GURU KKPI YANG SERBAGUNA

Sebagai seorang guru , saya berusaha dapat melaksanakan tugas yang di bebankankepada saya.Dengan latar belakang Pendidikan Teknik Mesin,saya harus berusaha ekstra keras ketika harus mengajar komputer pada tahun 1999.
SSetelah mengajar komputer (KKPI) kurang lebih 10 tahun, pada tahun 2010 saya harus mengajar TKJ, sebuah tantangan yang cukup berat.Hanya dengan modal kemauan dan ke-nekat-an serta tidak malu bertanya ,akhirnya dapat juga mengajar TKJ walupun masih dasar.Usia tidak boleh jadi penghalang untuk maju, belajar dan terus belajar.Yang tidak kalah penting dalam mengajar, kita harus dapat menikmati pekerjaan kita.Yang tidak kalah penting ialah keihlasan kita membimbing siswa untuk menjadi insan yang mandiri ,bertanggung jawab,berprestasi danbertaqwa tentunya.

 Maju terus guru Indonesia




Minggu, 21 April 2013

Piye kabare le..? Isih penak jamanku to....

Tulisan dengan gambar mantan presiden Suharto itu marak di bak-bak truk bahkan di mobil-mobil pribadi.Ini merupakan sebuah WARNING POLITICS khususnya bagi pemegang kebijakan negara.Suasana aman tentram, dan santun serta kemudahan mendapatkan sandang pangan merupakan sebuah kerinduan yang harus segera diwujudkan.Masyarakat segera membandingkan suasana "ORDE BARU" dengan suasana " ORDE REFORMASI".Masyarakat hanya menangkap satu pesan " di masa orde baru hanya terdapat sedikit partai" sedangkan "di masa orde reformasi terdapat banyak partai seperti pedagang di pasar yang berebut promosi untuk menjual dagangannya".
Banyaknya parpol ternyata telah menyebabkan unsur kesejahteraan masyarakat tidak menjadi prioritas utama.Apalagi banyaknya partai sebagian besar tidak berdikari, tetapi berdiri dengan subsidi uang negara,ini menyebabkan munculnya partai musiman, munculnya cuma kalau mau PEMILU.Sementara partai yang sudah mapan selalu berpikir bagaimana memperkuat posisi duduknya kalau perlu kawin kontrak dengan partai lain walaupun cuma sekedar untuk "menang" pada penentuan kebijakan tertentu.Prinsip,Visi. Misi dan Tujuan utama tidak dipegang teguh, justru tujuan sampingan yag didahulukan.
Hendaknya para pemimpin segera menyusun aturan main berpolitik yang lebih santun,agar tidak terbiasa hujat-menghujat dan cela-mencela, tetapi menghidupkan kritik yang membangun dengan dilandasi musyawarah mufakat yang tulus.Musyawarah mufakat yang tulus itu tercermin dari keputusan yang diambil adalah berdasarkan satu tujuan yaitu menyejahterakan rakyat.Bukan kemenangan partai tertentu.
Pada era reformasi ini profesi "wakil rakyat" menjadi suatu yang sangat menjanjikan, ini terbukti sebagian besar yang pernah "duduk" di sana akan mencalonkan kembali pada pemilihan berikutnya.Mereka akan berhenti mencalonkan kalu modalnya sudah habis dan tidak ada yang memilih.Rakyat kebanyakan akan menggunakan aji mumpung.Mumpung ada kesempatan mendapatkan sesuatu dari "para calon", mereka berusaha meraih, walaupun yang diperoleh tidak sebanding dengan kesulitan yang akan dihadapi.
Sesuatu yang pantas dikhawatirkan adalah "golput".Golongan yang tidak peduli dengan ada atau tidak wakilnya di parlemen,sehingga memilih untuk " tidak memilih".Kalau itu terjadi artinya demokrasi yang diharapkan dijiwai dengan "musyawarah mufakat" sudah tidak ada lagi, yang ada adalah LIBERAL.Setiap orang akan memikirkan dirinya sendiri yang penting tidak menggangu orang, walaupun akhirnya merugikan orang.Prinsip "Musyawarah mufakat", semakin banyak yang menyepakati hasilnya semakin baik dan kuat.
Semoga saja " jaman reformasi segera menjadi penak" tidak hanya untuk pejabat dan wakil rakyat tetapi " rakyatlah yang penak".

 

Jumat, 19 April 2013

RIBUT UJIAN NASIONAL......

Ujian Nasional adalah ritual tahunan yang setiap tahun diadakan.Setidak-tidaknya sudah diadakan setiap tahun.Mestinya persiapannya kan sejak awal tahun karena merupakan "hajat" besar kementrian pendidikan.Oleh karenanya pembahasan tentang UN mestinya ya dilaksanakan sedini mungkin.Termasuk perangkatnya juga disiapkan sedini mungkin.Jangan lagi membahas perlu UN atau tidak, sudah dalam proses persiapan.Akibatnya sudah saatnya pelaksanaan penyiapan dokumen, dana belum disetujui.. kan jadinya mentah lagi.
Keterlambatan pengiriman soal dan pengumuman penundaan yang sangat mendadak merupakan indikasi kurangnya koordinasi dan antisipasi.Pencetakan naskah pasti sudah siap didistribusikan paling tidak dua minggu sebelumnya.Jadi  kalau struktur berjalan normal hal seperti itu tak perlu terjadi, atau setidak-tidaknya kalau terjadi penundaan ya serentak.... dengan dalih distribusi belum selesai.
Dengan adanya variasi soal yang lebih banyak,pelaksanaan ujian menjadi lebih sederhana.Pengawas ruang tak perlu takut salah membagi soal.karena soal yang dikerjakan siswa semua berbeda.Namun dari segi teknik evaluasi mungkin agak menjadi pertanyaan. Benarkah soal-soal tersebut memiliki daya ukur yang sama.? Wallohu 'alam....
Dari kualitas cetakan naskah soal...banyak yang sepertinya bukan cetakan, tetapi seperti fotokopi,ini terlihat dari tingkat ketajaman tulisan yang kurang, dan kertas yang biasanya 70 gram, ada yang hanya 60 gram.Lebih-lebih LJUN yang tebalnya sama dengan naskah soal, menjadi masalah tersendiri bagi peserta.Ketika terjadi kesalahan kemudian dihapus akibatnya cetakan bulatannya hilang.Itulah salah satu yang merisaukan peserta.Biasanya LJUN itu kertasnya paling tidak 80 gr, ini ternyata hanya 70 gr atau bahkan 60 gr.Kita mengharap kepada BNSP dan kementrian pendidikan untuk mencatat dan tahun depan harus lebih baik lagi.
Semoga saja.....
 

Kamis, 24 Januari 2013

SEBAGIAN YANG MENYEBABKAN DEGRADASI KUALITAS BANGSA

Pengaruh media terutama Televisi terhadap kualitas bangsa sangat besar.Tayangan-tayangan yang kejar tayang kebanyakan sudah mengabaikan unsur kualitas.Bahkan sebagian penulis sinetron kemungkinan besar tidak tau akhir dari cerita yang ditulisnya.Ini karena dia menulis cerita berdasarkan pesanan.Kalu masih ada iklan ya masih ada lanjutannya.........Kalu sponsor hilang ya berarti cerita sudah tamat...............
Contoh : Sinetron yang dulu banget terkenal.........Tersanjung....entah sampai sesion berapa........ Cinta Fitri.....Mak Lampir.........Tutur Tinular............ dan entah apa lagi....Yang jelas semuanya memperlihatkan KOMERSIALNYA... bukan estetika... atau seninya.Lebih parah lagi dalam cerita itu banyak dialog yang hanya COPAS alias kopi paste sehingga terasa membosankan terutama ketika iklan sedang banyak......
Sebagai penonton sangat merasa dipermainkan.... oleh penulis cerita dan mungkin sutradara...bagaimana tidak........ketika rating sedang naik, cerita akan diperpanjang..dengan menempatkan tokoh jahat...dipuncak kemenangan dalam durasi yang lebih banyak dari pada tokoh baik.Ini seakan-akan mengajari falsafah...biar jahat yang penting jaya, perkara akherat ya nanti dulu bahkan.........entah....Sedangkan tokoh baik selalu dibuat sengsara.....dalam durasi yang banyak.....akibatnya, penonton berpendapat menjadi orang baik hanya akan sengsara..... gitu paling tidak yang diperoleh pada saat menonton sinetron............ dan itu pula yang menyebabkan sinetron Indonesia tidak pernah Happy Ending alias Khusnul Khotimah.....atau berakhir dengan baik.Umumnya berhenti tayang karena tidak laku, bukan karena ceritanya TAMAT.......
Budaya dala, sinetron ini sebagian telah ditransfer kedalam kehidupan nyata,terutama kejahatan yang dicontohkan dalam sinetron telah menjadi modus baru dalam penyimpangan di masyarakat.....
Inilah yang saya sebut degradasi kualitas......
Sinetron telah dijadikan majlis taklim,untuk mencari ilmu....sedangkan majlis taklim yang sebenarnya tinggal kelompok para manula yang sebenarnya sudah tak membutuhkan lagi....
Tolong kepada Tuan-tuan penulis dan Tuan sutradara jangan hanya komersil saja,tetapi pembelajaran kebaikan harap juga dijadikan pertimbangan.Lebih-lebih perasaan penonton....penonton yang masih normal selalu mengaharap tokoh baik itu mendapatkan happy ending......sehingga sebaiknya cerita dibuat TAMAT dalam episode tertentu....bukan berdasarkan rating semata........
Gitu...deh...

Minggu, 20 Januari 2013

RSBI DIBATALKAN syukur apa sayang ?

Denger-denger katanya MK membatalkan Program Depdikbud tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).Ada yang menyayangkan tetapi banyak yang bersyukur.Bagaimana tidak..?.Pada awalnya sekolah jenis itu diproyeksikan agar sekolah-sekolah di Indonesia kualitasnya sejajar dengan sekolah sejenis di luar negeri seperti di negerinya Paman SAM atau di negerinya Mas Guru e..Kang Guru, sehingga Pemerintah pun "memanjakan" dengan memberikan dana lebih dibanding sekolah lain, pun masih diperbolehkan menarik "Uang" dari masyarakat (Wali Murid).Program pun dirancang dengan "baik" untuk mencapai standar tertentu.Hasilnya....? Belum berhasil.Masih banyak siswa di Sekolah SMP RSBI yang UN saja "jeblok",meski dengan dana yang memadai,bahkan konon Guru-gurunya pun mendapat perlakuan istimewa dengan fasilitas dan penghasilan tambahan yang tidak diperoleh sekolah lain.Dari sinilah masalah dimulai.Dengan tawaran program yang begitu banyak dengan biaya yang begitu besar, hasilnya tidak memuaskan, masih ditambah menjadi sekolah eksklusif.Yang bisa sekolah cuma orang yang "pinter" dan kaya.Yang "pinter" tapi tidak kaya dilarang sekolah di situ.Setidak-tidaknya itu kata temen saya yang punya dua anak dan anak pertamanya di situ.Katanya dia kapok,anaknya yang kedua lebih pinter dari yang pertama lalu dimasukkan di sekolah SMP reguler biasa.
Yang katanya dia gak bisa lupa adalah ketika dia diundang sebagai wali murid dan hadir disekolah tersebut dalam kapasitasnya sebagai undangan, dia ditarik uang parkir.Meski hanya Rp. 1000, tetapi "tidak dihormatinya sebagai layaknya undangan " itu yang dia rasakan.Mungkin karena cuma naik motor aja butut lalu dianggap bukan undangan.Yang lebih mengejutkan dia adalah ketika dia menemui Kaseknya ,yang menanggapi sambil mengerjakan sesuatu, wah bener-bener.......Dan giliran menanyakan masalah pembayaran, sebenarnya teman saya cuma mau minta kalu bisa diangsur 2 atau 3 kali, jawaban sang kasek sungguh mengejutkan..."Silahkan Bapak membawa Surat Keterangan dari Kelurahan"............
Satu lagi yang menurut temenku itu keterlaluan, yaitu beberapa guru ini mengadakan Les di sore hari untuk materi yang paginya belum dikuasai.Untuk ini setiap anak dipungut Rp. 10 rb, tiap pertemuan.Padahal tiap minggu ada dua atau tiga mapel yang les....Waah ... kalu itu ya kelewatan....kataku pada temanku.Selaku guru semestinya tidak "membisniskan ilmunya" kepada siswanya.Bukankah mereka digaji untuk "membimbing" anak bangsa supaya pinter..?
Sebagai seorang guru aku jadi gak enak juga mendengar cerita temenku..., duh... gimana nih my corp...
Kebetulan anak kedua temenku itu seangkatan dengan anakku, dan akhirnya anakku juga saya suruh masuk ke SMP reguler saja....Lumayan ngirit.Bahkan setengah "gratis", wong cuma ditarik sumbangan pembangunan dan seragam saja itupun bagi yang tidak mampu hanya membayar setengahnya.
Itu sekelumit kisah tentang RSBI di daerahku.....entah.. daerah lain..............
Tetapi nampaknya unsur ketidakadilan itulah yang melatarbelakangi dibatalkannya RSBI.Sebab pendidikan itu kan hak seluruh warga negara,bukan hanya yang kaya atau bermobil yang boleh sekolah di sekolah yang unggulan.
Semoga temen-temen guru yang "RSBI" berlapang dada dan tetap bekerja lebih baik lagi.......
Kalu ihlas .....pahalanya besar lho.......dapat pensiunan pahala...dari "'ILMIN YUNTANFA'U BIH"
(msj)

Jumat, 18 Januari 2013

Kendala kemajuan...?

Di daerahku tepatnya di kelurahan tempat tinggalku ada 7 sekolah dasar terdiri negeri dan swasta.Menurut teman-temanku yang juga guru di sekolah tersebut setiap tahunnya,mereka tidak perlu menyusun RPP dan Prosem.Cukup memesan saja kepada oknum Pengawas sekolah untuk satu tahun harganya berkisar Rp. 100 rb sd Rp.200 rb.Setidak-tidaknya itu dilakukan oleh sekitar 80-90% guru yang umumnya PNS atau yang sudah sertifikasi.Bagi GTT mungkin uang sekian itu dianggap cukup besar karena honor di SD sebulan paling Rp 150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah) yah karena SD tidak punya uang untuk menggaji ,wong "tidak ada" tarikan dari orang tua.
Memesan RPP bagi yang punya uang cukup praktis,lagi pula kalau ada supervisi pastilah dianggap benar.
Namun akibatnya yang terjadi dalam pembelajaran,benar-benar mengecewakan "konsumen".Mengajar hanya rutinitas bel masuk, ya masuk setelah selesai ngobrol kadang sambil jalan menuju kelas masih ngobrol sampai lebih lima menit.Sampai kelas setelah ngabsen siswa disuruh membuka buku teks,ditugaskan membaca,kira-kira jam 8,koran datang lalu,ditinggal sebentar ke ruang guru membaca koran.Lain lagi yang ditugasi menjadi "Bendahara BOS", bawa Laptop ke ruang kelas sambil menunggu siswa mengerjakan tugas sambil "nggarap BOS".
Semoga ini hanya di daerahku saja, bukan representasi dari seluruh daerah yang ada di Indonesia.Bayangkan kalu itu benar-benar seluruh Indonesia atau malah ada yang lebih parah?, wah .... wah... wah...
Bagaimana pendidikan mau maju kalu caranya begini.....!
Bagaimanapun peran Guru itu sangat vital,terutama keberadaannya di dalam kelas.Meninggalkan ruang boleh saja, itupun kalau terpaksa sekali oleh keadaan yang tidak bisa ditangguhkan.Guru merupakan fisilitator yang harus menjadi penyedia layanan pembelajaran,menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan siswa untuk belajar paling tidak merencanakan kebutuhannya.Itupun masih harus diikuti oleh rencana B, jika rencana pertama tidak dapat dilaksanakan karena adanya gangguan maka harus dilaksanakan rencana B supaya PBM tetap dapat berjalan.Guru sebagai dinamisator dan moderator harus menjaga agar ruang kelas tetap kondusif, jika ada siswa yang menimbulkan gangguan segera diatasi agar kembali normal kegiatan PBMnya.
Penerima sertifikasi terbanyak adalah di kelompok Guru SD, meskipun belum sarjana.Bahkan yang sudah sarjana masih saja cukup banyak yang tidak "berjiwa" sarjana.Artinya masih susah menerima perkembangan atau sesuatu konsep mengajar yang berbeda.Atau ada juga yang memonopoli setiap kali ada pelatihan dia yang berangkat tetapi tidak pernah diimbaskan kepada rekan-rekan sejawatnya, takut tersaingi.Orang yang tidak berjiwa sarjana akan merasa paling pintar,dan tidak mudah menerima pendapat orang lain meskipun pendapatnya salah.Memang sih itu juga tergantung kebijakan manajemen dari KS nya.Kalu KSnya tidak fokus ya berabe....taunya hanya menerima laporan saja tidak pernah mengetahui keadaan yang sebenarnya.

Ah.. sudahlah... mungkin memang belum saatnya Indonesia menjadi negara maju....
Namun setidak-tidaknya kita harus punya cita-cita....
Mung wong rerasan kok...... nggak salah kan...!

Rabu, 16 Januari 2013

Masih ...Materi Kurikulum SD

Kecenderungan untuk membentuk siswa SD menjadi "orang" yang tahu segalanya,nampaknya yang menjadi ruh penjejalan materi di SD.Untuk sekolah reguler sebaiknya dikembangkan materi kurikulum yang lebih alamiah tidak terlalu memacu kemampuan siswa.Ingat bahwa siswa SD masih sedang mengalami pertumbuhan fisik dan psikis yang paling tinggi tingkat perubahannya. Terutama di kelas 1-3.
Pada kelas 1 - 3 sebaiknya dikembalikan pada keadaan yang semestinya dengan model Pembelajaran Terpadu atau Tematik dan dengan SATU BUKU TEKS untuk SEMUA.Materi dirancang agar "pokok-pokok pengetahuan" dapat diserap melalui kegiatan "membaca, menulis dan berhitung", pengenalan budaya, menyanyi,ketrampilan lain yang sesuai dengan tingkat motorik siswa.
Mulai kelas 4 mulailah lebih spesifik dengan mengenalkan IPA/Science atau Sosial/Sejarah, Tata negara, ekonomi dll secara tekstual dan kontekstual dan gurunya sebaiknya ya tidak guru kelas murni tetapi kolaborasi Guru Mapel artinya Satu guru hanya 1 atau 2 mapel saja sehingga tidak kisruh membuatnya persiapan.
Begitulah kira-kira.......menurut saya selaku wali murid lho!
Lagi pula ini karena SD merupakan pendasaran bagi SMP dan SMA.bayangkan kalau guru karena persiapannya kurang yang disebabkan oleh materi yang harus dikuasai yang terlalu banyak menyebabkan kesalahan pengajaran konsep, maka siswa akan menjadi sulit mengikuti ketika di jenjang berikutnya.Yang paling banyak terjadi adalah untuk Matematika, masa anak sudah SMA atau SMK menjumlahkan pecahan tidak bisa!. Dimana salahnya...!
Yah.. penyebabnya pecahan diajarkan ditingkat dimana siswa masih mengalami kesulitan ketika menjumlah bilangan bulat,kemudian pada saat belum tuntas harus belajar yang lebih sulit lagi.Karena tuntutan materi kurikulum yang banyak maka dilanjutkanlah ke materi berikutnya.Parahnya pada saat UN dia dapat contekan dari siswa didepannya yang disuruh mengangkat lembar jawabnya agak tinggi sehingga jawaban bisa dibaca dari belakang, maka dapatlah ia menjawab seperti punya didepannya.Selanjutnya LULUS lah ia, di SMP begitu lagi dan akhirnya sebagai guru SMA menerima limpahan hasil pengajaran sebelumnya.Guru SMA/SMK menjadi super berat tugasnya untuk meloloskan siswa tersebut pada UN di kelas XII
Kita sangat berharap bahwa perubahan Kurikulum ini dilakukan secara Komprehensif dimana perlu ditata ulang seluruh materi dari SD sampai SMA/SMK diberikan secara berjenjang kalau perlu paket.Ada yang diajarkan mulai SD, ada yang mulai SMP ada yang mulai SMA,atau dipaketkan misal Sejarah diajarkan di SMP saja, di SMA hanya bagi yang jurusan IPS yang akan menjadi ahli sejarah.Sejarah di SMP lebih ditekankan pada sejarah negara atau Kemerdekaan Bangsa dengan harapan siswa memiliki kesadaran tentang pentingnya membela negara ( Nasionalisme ).
Selanjutnya ditingkat yang lebih tinggi,dikembangkan karakter bangsa dalam hal bela negara dan lain-lain.
Wah.... kok jadi kayak profesor...
Ya itu tadi ...apa yang ada dalam benak saya.........
Saya hanya berharap bahwa kurikulum ini disempurnakan, dengan mengatur urutan penyampaian materi sehingga beban siswa tidak berlebihan.Kurikulum KTSP sebenarnya didesain dengan jumlah jam tatap muka maks. 44 jam di SMA/SMK diharapkan kegiatan pengembangan diri dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Semoga saja .......